cerita sex Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) mengakui telah dikelabui oleh Dwi Hartanto sehingga dia diundang dalam forum Visiting World Class Professor (WCP) yang menghadirkan para ilmuwan terkemuka dari kalangan diaspora Indonesia.
Menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti, Ali Ghufron Mukti, Dwi terpilih hadir di acara tersebut berdasarkan riwayat hidup, capaian, dan prestasi akademisnya. Dwi juga mengirim pernyataan melalui surat elektronik bahwa dia merupakan asisten profesor yang tengah dipersiapkan dan diproyeksikan menjadi profesor permanen di Technische Universiteit Delft (TU Delft), Belanda. Hal itulah yang semakin meyakinkan Kemristekdikti untuk menghadirkan Dwi di acara WCP yang digelar pada Desember 2016 itu. "Betul saudara Dwi bagian dari Visiting World Class Professor 2016. Saat itu, yang bersangkutan mengaku bahwa dirinya merupakan asisten profesor di TU Delft Belanda dan siap berkolaborasi dengan akademisi dalam negeri,' kata Ghufron di kantornya, Senin (9/10). cerita sex "Bahkan, bila merujuk ke berbagai pemberitaan di media massa sebelum penyelenggaraan acara Visiting World Class Professor tahun lalu, saudara Dwi sudah disorot atas prestasinya." Dwi sebelumnya disebut-sebut sebagai 'the next Habibie' setelah dia mengklaim sejumlah prestasi yang luar biasa di bidang teknologi dirgantara dan antariksa. Dia misalnya mengaku menjadi bagian dalam proyek pesawat tempur EuroTyphoon generasi keenam di Airbus Space and Defence, konsorsium industri pertahanan Eropa yang tentu penuh kerahasiaan. Dia juga sesumbar pernah menjuarai lomba riset teknologi luar angkasa di Cologne, Jerman, dengan judul riset “Lethal Weapon in the Sky” atau “senjata mematikan di angkasa” dan dari situ mematenkan sejumlah teknologi. Setelah sejumlah orang mempertanyakan keaslian klaimnya tersebut, belakangan Dwi membuat pernyataan bahwa semua itu bohong belaka. Dwi juga mengakui bukan asisten profesor atau calon profesor, namun menegaskan bahwa dia memang benar tengah menempuh program doktoral di TU Delft. Ghufron mengatakan kasus Dwi ini menjadi evaluasi Kemristekdikti dalam menyelenggarakan program serupa di kemudian hari. "Kasus saudara Dwi ini menjadi pembelajaran bagi kami agar ke depannya program serupa dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Kami terus melakukan evaluasi yang berkelanjutan, tidak hanya pada program ini, tetapi kepada seluruh program dan kebijakan," kata Ghufron. “Untuk saudara Dwi ingin kami sampaikan, bahwa dalam bertindak harus dingat konsekuensi dan tanggung jawab dari tindakan tersebut. Kita seringkali terlalu gampang untuk meminta maaf dan memaafkan suatu kesalahan, namun kita juga seringkali lupa bahwa kita selalu sulit untuk melupakan sebuah kesalahan. Jadi kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi Saudara Dwi,” pesannya.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
October 2017
Categories
All
|